Ngatini (baru aja cantik 2 hari yang lalu)


Ngatini alias Vega Darwanthy

(Cewek kelahiran Jakarta, 12 maret 1986 ini salah satu waiters yang sering berinteraksi dengan Tukul di Empat Mata. Vega pernah menjadi 35 besar AFI).


saya menjadi pemeran di Empat Mata melalui kasting. Saya ikut sejak episode pertama. Celetukan yang saya lontarkan benar-benar spontanitas. Dampak dari ketenaran Empat Mata, saya sering dipanggil Ngatini (panggilan Tukul di Empat Mata). Mas Tukul selalu merespons celetukan yang saya lontarkan. Saya jadi merasa tidak diremehkan. Saya pernah keceplosan ngomong. Itu karena benar-benar terbawa suasana. Setelah syuting saya ditegur produser. Setelah itu saya semakin hati-hati. Saya dekat sekali dengan Mas Tukul. Kalau ganjen, mungkin ke semua orang dia begitu. Sebenarnya bukan ganjen. Tapi karena dia lucu, jadi enak dekat dia. Menurut saya dia juga orangnya katro. Kemarin HP saya dibeli sama Mas Tukul. Tapi setelah dibayar, dia baru tanya ini merek apa. Saya juga sering diberi job nyanyi sama Mas Tukul. Saya juga dekat dengan keluarganya. Istrinya orang yang sabar. Di Empat Mata semua kru tahu ketika Mas Tukul cium pipi kiri dan kanan bintang tamu, istrinya tidak pernah mau lihat.


Samarinda Pos Online, Minggu, 25 Februari 2007

Punya Mobil berkat Ngatini Vega Darwanthy
Sukses acara variety talk show Empat Mata bukan hanya milik Tukul Arwana. Vega Darwanthy, salah seorang waitress bar yang biasa berdiri di belakang Tukul, juga kecipratan berkah. Tidak hanya makin dikenal orang, gadis yang biasa disapa Tukul Ngatini itu kini mampu membeli sebuah mobil dari hasil keikutsertaannya di Empat Mata.
"Ya, pokoknya lumayan. Kendaraan yang saya pakai sekarang dari hasil Empat Mata," kata gadis yang sudah bergabung bersama Empat Mata sejak episode pertama itu.
Meski kelihatannya hanya berdiri sepanjang acara, menurut Vega, perannya di acara tayangan Trans 7 itu tidak bisa dibilang kecil. Gadis bertubuh seksi tersebut sering dibutuhkan untuk menghidupkan suasana lewat celetukan spontannya. "Kalau sekiranya ada peluang, di situ saya mulai beraksi. Bergantung situasi," papar gadis kelahiran Jakarta, 12 Maret 1986 itu.
Celetukan yang dilontarkan Vega tak selalu berbuah manis. Pernah dirinya mendapat teguran dari tim kreatif karena dianggap telah mengeluarkan kata-kata yang kurang pas. "Waktu itu, saya ngeledekin Mas Tukul. Tapi, ternyata kata-kata saya dianggap kurang sopan. Jadi, saya sekarang lebih hati-hati saja," jelasnya.
Dalam hal melucu, Vega yang sempat masuk 35 besar Akademi Fantasi Indosiar (AFI) itu banyak belajar dari Tukul. Bagi dia, Tukul merupakan sosok yang tidak pelit untuk berbagi ilmu.
Akibat julukan yang diberikan Tukul, saat ini Vega sering dipanggil Ngatini oleh orang-orang di sekitarnya. Dia tidak tersinggung. Vega justru bersyukur karena dirinya kini lebih dikenal orang. "Kalau lagi di tempat umum, sering ada yang manggil aku Ngatini," ceritanya geli.
Sejak namanya dikenal, beberapa orang mulai mengundang Vega untuk menyanyi. "Sebagian besar job nyanyi juga datang dari Mas Tukul," kata gadis yang kini menjadi salah seorang sahabat Tukul itu. (rie)

http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=292&id=78646

Reynaldi Transfer Aura Positif


Dari seratus ribu trilliun PM dan email yang masuk ke redaksi majalah sobek, sebagian besar mempertanyakan mengapa Mas Tukul Reynaldi kok sering melakukan pelecehan terhadap tamu-tamunya di acara 4 eis, kata mereka Mas Tukul terlalu ramah (rajin menjamah –red) dan sering curi-curi bahkan cari-cari kesempatan dengan ges star atau bintang tamu terutama yang perempuan… seperti yang dikatakan Mas Tukul sendiri di acara 4 eis bahwa itu semua atas permintaan ges star itu sendiri agar mendapatkan aura positif dari Mas Tukul…hehehe... seharusnya penonton bisa positif thinking kepada Mas Tukul karena di akhir acara Mas Tukul juga bilang bahwa acara 4 eis itu just for laugh dan just for kidding, tidak bermaksud melecehkan orang lain, Saya bisa pastikan mereka semua yang mengatakan bahwa Mas Tukul melakukan pelecehan bisa dikatakan kutu kupret yang katroooo….

hidup Rey... Rey... Reynaldi....

Empat Mata : Edisi Valentine

Hehehe.... gak ada kerjaan nih. Barusan aja kota Malang diguyur hujan lebat. Menjelang malam cuaca menjadi dingin. Daripada bengong, mendingan pinjam laptop teman, terus main internet bermodalkan hot spot dari kampus Universitas Brawijaya. Hidup gratisan~~~



Ada yang nonton acara EMPAT MATA kemarin malam di Trans|7? Berhubung kemarin tanggal 14 Februari [hari Valentine], topiknya ya gak jauh-jauh tentang kasih sayang gitu deh. Bintang tamu pertama kali yg datang adalah sepasang kakak beradik Marcella dan Olivia Zalianty. Gileeee.... Marcella yg mengenakan gaun merah benar-benar cantik dan manis. Kontras dengan sang adik, Olivia, yang tomboy itu. Wekekeke.... Oh iya, kemarin malam Olivia sempat dikerjain dgn cara menakuti-nakuti dgn belalang. Ternyata dia sangat phobia dgn belalang. Sampe teriak-teriak histeris gitu. Kasian deh Oliv....

Bintang tamu yg kedua adalah pasangan suami istri mantan aktor dan aktris film jadul, Sophan Sofian dan Widyawati. Sophan entah kenapa pas awal aku melihat kayaknya sok banget. Sampe Tukul sungkan banget utk ngerjain tuh orang. Ternyata memang gayanya aja yg gitu. Sophan baik juga kok orangnya. Agak narsis sih, kerjanya kemarin malam nyanyi lagu Elvis Presley mulu walaupun suaranya memang bagus hehehe.... Tukul juga bagus tuh bisa membuat Sophan tersenyum dikit. Dengan cara pas mo ngomong ke Sophan, Tukul pake mbungkuk-bungkuk, pake nge-lap sepatunya, dll. Lucu dan natural banget....

Anjasmara dan Dian Nitami jadi pasangan bintang tamu ke tiga yg dalam dalam acara tersebut. Hmmm.... aku kurang suka ama mereka berdua. Dian orangnya sok pinter. Sedangkan Anjas sok keren. So..... mereka berdua ke laut aja deh.

Akhirnya bintang tamu ke empat sekaligus yg terakhir adalah Big Dicky. Itu tuh manusia terbesar yg ada dalam acara Ngelenong Yok. Lumayan lah ama orang ini. Jadi bahan guyonan mulu ama Tukul.

Kemarin malam si pelayan yg bernama Vega alias Ngatini siiippp benar!!! Keliatan cakep dr pada hari-hari sebelumnya. Rambutnya lebih coklat, dicurl [biasanya lurus] dan pakaiannya sexy abis. Gak tahan liat pahanya yang putih mulus itu *mimisan*

Oh iya, hampir lupa. Best momen kemarin malam: TUKUL MEMBERIKAN SETANGKAI BUNGA MAWAR UTK SANG ISTRI. Lumayan terharu juga aku menyaksikan momen itu. Aku baru tahu kalo sang istri ternyata selalu menemani Tukul tiap episodenya. Setia ya hehehe... apa gak apa-apa tuh sang istri tiap episode melihat Tukul cipika cipiki mulu ama artis cewek cakep? Hehehe.... Well, mas Tukul. Cuman mau ingatin aja nih. Kalo dah banyak duit jgn berpikiran untuk selingkuh, kawin lagi atau poligami ya. Awas kalo sampai terjadi. Aku kutuk abis-abisan. Cukup Aa Gym aja yg poligami. Wekekekeke.....

KITA KEMBALI KE LAP......TOP!!!

oleh : Spawnist

Empat Mata : Edisi Imlek

EMPAT MATA: EDISI IMLEK

Seandainya Hari Raya Imlek jatuh pada hari senin, dijamin deh acara EMPAT MATA: Edisi Imlek bakal ditayangkan secara live [langsung]. Sama seperti EMPAT MATA: Edisi Valentine kemarin itu. Well, gak masalah sih. Okay, next question....



Bintang tamu yang datang pertama kali adalah Femmy. Sebenarnya aku heran nih. Kenapa juga dia bisa dipilih lagi? Masih banyak kok artis-artis keturunan Tiong Hoa yang lebih muda, cakep dan seksi. Seperti Femmy biasanya, nih cewek memang terlihat genit. Padahal udah punya suami dan anak. Apa mungkin dia berbuat itu karena takjub berhadapan langsung dengan sang cover boy, Tukul? Bisa jadi. Alhasil, Femmy dikerjain terus ama Tukul. Lumayan lah bisa mengocok perut pemirsa.



Peggy Melati Sukma datang sebagai bintang tamu kedua. Sama.... kali ini juga aku heran. Kenapa juga dia bisa terpilih untuk hadir dalam acara tersebut? Tapi ya, mungkin tim kreatif EMPAT MATA mempunyai alasan tersendiri. Lagipula yang namanya Peggy khan bukan artis sembarangan. Nih orang otaknya cerdas dan brilian. Kelihatan kok dari cara berbicaranya. Oh iya, Peggy di sini mempromosikan sebuah produk kartu operator selular. Akhir-akhir ini acara EMPAT MATA banyak diselingi dengan promosi ya. Baguslah kalo begitu. Penghasilan Tukul mungkin bisa bertambah dan menyaingi penghasilan-nya David Beckham. Hehehehe....



Nah, bintang tamu selanjutnya yg datang adalah si Kolang Kaling. Eh salah, maksudnya Tina Toon. Sumpah deh. Nih anak yang cerewetnya minta ampun secara habis-habisan diejek mulu ama Tukul. Tina-pun tidak mau kalah juga. Dia mengejek Tukul dgn caranya sendiri. Wakakakaka... Acara-pun jadi semakin meriah dengan kedatangan artis cilik yang bisa goyang patah-patah ini.

Alena, sang penyanyi spesialis lagu-lagu Mandarin yang cantik itu datang sebagai bintang tamu ke-empat. Wuih.... putih, bersih, mulus lagi. Menggenakan pakaian khas Cina semakin keliatan ke-sexy-an seorang Alena. Terutama saat dia duduk di sofa. Tersingkap sedikit pahanya yang mulus itu. Kalo udah gini sih, aku langsung meleleh. Hohohohoho.....Dia sempat menyanyi. Suaranya lumayan baguslah walaupun logat Malang bercampir Cina-nya masih nampak.

Dan, bintang tamu terakhir adalah si Ucup. Lupa nama aslinya siapa. OMG... aku baru tahu nih kalo dia itu keturunan Tiong Hoa. Dia kulitnya agak hitam sih. Makanya gak keliatan banget.

Overall, acara EMPAT MATA: Edisi Imlek kemarin malam biasa aja kalo bisa aku bilang begitu. Mungkin karena off-air jadinya kurang gereget gitu. Coba seandainya ditayangkan secara live? Dijamin semangat abis deh. Walau gitu, lumayanlah untuk tontonan sebuah hiburan. Kalo banyak tertawanya entar disangka tontonan orang sakit jiwa kali. Hehehehe.....

Hampir lupa, Dian [sang pelayan satunya lagi itu tuh....] terlihat sangat HOT sekali!!! Waowww.... memakai pakaian khas Cina bewarna hijau muda dengan belahan paha yang tinggi hampir ke pangkal paha. Terlihat jelas deh pahanya yang mulus itu. Tidak lepas mataku selalu menatap pemandangan indah itu. Hahahaha.... Sayang Vega alias Ngatini tidak memakai pakaian sexy seperti Dian itu. Dia pake celana jeans sih.

HUWAAAA......!!! Ada Vampire.... tolooooong!!!! Eh, itu si Pepi ya? Kirain tadi Vampir. Hampir saja jantungku copot. Ta' sobek-sobek mulutmu nanti.

Jangan lupa, hari Rabu besok EMPAT MATA akan ditayangkan mulai jam 21.30 WIB [setengah jam lebih awal]. Soalnya hari rabu besok adalah hari spesial sebab acara EMPAT MATA telah memasuki episode yang ke-100. So, saksikan terus aksi Tukul dan kawan-kawan hanya di EMPAT MATA!!!!

Tambahan: Aku ucapkan GONG XI FAT CHOI buat saudara-saudara kita yang merayakannya. Dan, hidup GUS DUR!!!


Ditulis oleh,
Anthony Sinaga
http://spawnist.multiply.com

100% Ancur untuk Episode Ke-100

Dimulai dengan pemanggilan sang cover boy, episode ke-100 empat mata pun dibuka. Tukul pun keluar dan seperti biasa melemparkan bibir sensualnya ke semua penonton yang hadir dan langsung menyapa pemirsa namun tiba-tiba datanglah dua orang yang langsung menggebrak tawa, merekalah dua orang kutu kupret yang entah datang dari mana (tapi yang saya yakini mereka datang dari desa) mereka berdua mirip Tukul, mungkin merekalah yang dinamakan Ryan dan Reynaldi, seperti yang sering disebut-sebut oleh Mas Tukul… mereka berdua selalu menirukan apa yang dilakukan Tukul sampai akhirnya Tukul mengusir mereka.



Kemudian Slank pun tampil membawakan sebuah lagu berjudul I Miss U but I Hate U



Setelah perform, Slank pun fis to fis dengan Mas Tukul… seluruh personil Slank pun habis kena ejek Mas Tukul. Selang itu kemudian datanglah tante dan ponakannya dari acara Ceriwis (Trans TV), dipanggil dengan Indy Bekti dan Indra Barends acara mulai menunjukkan gejala-gejala menuju kehancuran dan kekacaubalauan, terbukti dari laptop yang tersingkir dan tak lagi menjadi benang merah…



semua itu berlangsung terus hingga datang ‘sang tombo ngantuk’ Luna Maya, kedatangannya tak meredam perseteruan antara sang cover boy dengan sang tante dan ponakannya malah menjadi-jadi, Luna Maya pun tak kalah, ia beberapa kali berhasil ngenyek Mas Tukul dengan sebutan Tapir dan Ragunannya, mungkin ia bisa seperti itu karena sudah terkena transfer aura positif oleh Mas Tukul.





Beberapa saat setelah itu Bunda Dorce pun datang dan langsung ‘menghajar’ Tukul karena sebagai ges star namun tidak dipanggil, acara berlangsung tambah seru dan makin hancur sehancur wajah mas Tukul hingga Ngatini dan Peppy yang biasa sering nyeletuk kini tak dapat peran yang berarti.




Tiba pertanyaan untuk Bunda Dorce (Tukul memanggilnya BuDor), seperti biasa pertanyaan selalu berdasarkan tulisan di laptop yang kurang lebih isinya seperti ini :

“Bunda Dorce kan punya banyak anak asuh, kenapa sih, emang gak bisa punya anak sendiri?”

Seketika raut wajah Bunda Dorce berubah dan terlihat menjadi marah, sontak langsung meninggalkan panggung acara, Mas Tukul terlihat kaget dan merasa tak enak hati kemudian tayangan pun berubah iklan, setelah deretan iklan yang ngantri bertubi-tubi itu acara pun dilanjutkan walau terasa agak garing. Tiba-tiba dari arah pintu masuk ges star Bunda Dorce pun keluar dengan membawa rangkaian foto Mas Tukul dalam bingkai sambil menyanyikan lagu ulang tahun yang diplesetkan menjadi: “panjang tukulnya, panjang tukulnya serta muuuuliiiiaaaa serta muuuuliiiiiaaaa.” Ternyata Mas Tukul dikerjai oleh tim kreatif dan para ges star-nya, satu pernyataan dari mas tukul di akhir, bahwasannya dia tak mau menyakiti hati orang lain, tujuannya melawak hanyalah untuk menghibur dan memberikan hal-hal yang positif.

Edisi ke-100 ini adalah edisi yang paling ndesoooooo….

Puas, Puas, Puas?

"Puas, puas, puas?" Inilah salah satu ciri pertanyaan Tukul, selesai memperolok diri ataupun diperolok tamu-tamu program "Empat Mata". Bisa diduga, pertanyaan tersebut disambut dengan teriakan yang riuh rendah, mengiringi gerakan Tukul yang penuh olok-olok terhadap tubuhnya sendiri, entah berjoget ala topeng monyet atau ala seekor anjing.

Yang harus dicatat, kata "Puas" dan ungkapan-ungkapan Tukul lainnya, seperti "kutukupret" hingga "tak sobek-sobek mulutmu", justru menjadi ruang pertalian akrab dengan masyarakat Indonesia. Sosok masyarakat yang kini tumbuh menjadi masyarakat televisi, yang dipenuhi berita berbagai bentuk krisis, bencana, penyakit, musibah kecelakaan dan anomali nilai-nilai pascareformasi.

Oleh karena itu, sangat menarik memberi catatan sendiri terhadap fenomena Tukul dalam perspektif budaya populer.

Antagonis kultural

Kebudayaan populer, seperti yang ditulis Adorno, senantiasa melahirkan berbagai bentuk kepopuleran yang penuh antagonis kultural. Sebutlah di televisi, di satu sisi melahirkan ikon glamor, ikon kegantengan, hingga ikon kecantikan. Di sisi lain, melahirkan ikon wajah ndeso, ikon sensualitas, hingga ikon kebugaran, maupun kebrutalan. Hal ini bisa dilihat dari konfigurasi tamu yang diundang di Empat Mata, dari Basuki, penjual koran, hingga personel Gigi.


Tukul adalah ikon dari ketertindasan. Ia adalah antagonis dari berbagai bentuk kekuasaan yang serba elite dan glamor yang menghidupi televisi. Inilah dunia wong ndeso. Inilah ikon rakyat jelata yang rela dimaki bersama dan boleh mengolok-olok dengan kata-kata kasar.

Jangan heran, penonton di studio rela memakai kaus bertajuk "Wong Ndeso", jangan heran pula banyak kata yang sering dianggap tabu terlontar dengan rileks dalam bincang-bincang tersebut. Sebutlah, memperolok tubuh gemuk tamunya, memperolok penggunaan bahasa Inggris dan istilah intelektual yang menjadi gaya hidup dunia modern, ataupun olok-olok lewat kuisnya. Contoh kecil, kuis yang menanyakan jumlah tahi lalat Naysila Mirdad yang populer dengan seri sinetron Intan.

Inilah fenomena kebudayaan populer yang menjadikan ukuran–ukuran kewajaran porak poranda. Bisa diduga, fenomena Tukul telah memorakporandakan rumus bincang-bincang yang selama ini muncul di televisi. Host tiba-tiba boleh memperolok penontonnya dan dengan ringan mengambil alih jawaban tamunya sehingga tamunya tak sempat berbicara. Bahkan, ia menyiapkan diri untuk menjadi olok-olokan bersama. Maka, penonton televisi bisa menikmati aksi Tora Sudiro yang melempar kerupuk ke mulut Tukul, yang tubuhnya siap menelan lemparan makanan tuannya bak seekor anjing.

Dunia singgah


Fenomena Tukul lalu menjadi cermin bahwa program televisi yang populer adalah sebuah dunia konstruksi dan dekonstruksi berbagai wujud kehidupan sosial, entah bahasa, tata cara bergaul, seks, religi, politik, dan lain-lain.

Fenomena Tukul dengan program Empat Mata-nya adalah konstruksi kembali dunia sosio-historis ngobrol-ngobrol di warung kopi dalam kultur tradisi lisan. Yang kemudian, mengalami konstruksi ke dalam dunia tradisi lisan baru, yakni dunia tekno kapital visual yang dipenuhi dunia obrolan. Meminjam istilah Roland Barthes, inilah dunia mitologi masyarakat modern alias sastra rakyat hari ini, yang penyebarannya langsung masuk ke ruang-ruang keluarga.

Maka, layaknya dunia ngobrol warung kopi, ia adalah dunia tempat singgah untuk kumpul-kumpul antarteman. Sebuah dunia katarsis, sebuah waktu yang sejenak, untuk melupakan berbagai persoalan hidup, rutinitas, dan tata nilai sehari-hari maupun berbagai bentuk krisis dan bencana serta politik yang tak memberi harapan. Milan Kundera dengan genial menyebutnya sebagai "program lupa".

Dunia Tukul menjadi dunia singgah yang melupakan batas jabatan, cita rasa, profesi, kelas, hingga kesantunan. Inilah dunia antarteman dalam penghormatan yang terbuka, cair, spontan, meski kadang sangat sarkas, sehingga tidak ada masalah untuk saling bersapa dengan menggunakan kata "Katrok" hingga "goblok". Bisa diduga, meski populer, tidak semua pemirsa bisa menerima acara ini.

Alhasil, kalaupun fenomena Tukul sering disebut "absurd", harap mahfum, dunia budaya populer adalah absurditas kultural itu sendiri. Sebuah dunia campur aduk, dari profan hingga kasar, yang tidak perlu tetapi diperlukan, dipuja dan diolok, metropopolis dan ndeso, penuh senyum dan brutal, religius dan munafik, terbuka dan fanatik.

Bukankah ini cermin wajah masyarakat kita sendiri? Puas?

Garin Nugroho Pengamat Komunikasi Budaya

Sumber : http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/11/seni/3372817.htm

Pesona Tukul

Siapa tak kenal Tukul Arwana, pelawak yang tengah naik daun sebagai presenter talkshow "Empat Mata" di Trans 7.

Komedian yang punya ciri khas tepuk tangan a la monyet dan gaya menarik-narik bibir (dimonyongkan) serta rambut berdiri itu, memang punya rasa percaya diri tinggi.

Ini dibuktikan temanku, yang pernah melakukan wawancara dengan pria bernama asli Riyanto (alias Rayen) itu. Begini petikan dialognya:

Temanku: "Mas Tukul, masih ingat saya kan? Kita pernah wawancara.
Tukul: "Oh, mas yang dari Gatra ya?"
Temanku: "Iya."
Tukul: "Gimana Mas, setelah majalahnya memuat wawancara saya, oplahnya meningkat kan?"
Temanku: (tertawa)

Di waktu lain, ketika sedang dikerubuti wartawan, Tukul "menasihati" para pekerja jurnalistik itu dengan wejangan: "Makanya Mas, reaDING skill-nya musti ditingkatkan. (penekanan pada suku kata "ding", dilafalkan dengan logat Jawa medok).

Berhubung Tukul yang menasihati, para wartawan spontan ketawa terbahak-bahak. Tukul, tukul. "Kita kembali ke laptop."

http://tianarief.multiply.com/journal/item/981

Yth. Mas Tukul : Saya Protes!!!

Acara empat mata sedang populer dg jargon "kembali ke leptop" dan sayangnya mencontohkan budaya cium pipi dan ngomong ngeres, mau ku adukan ke KPI, setelah dicek di website KPI, ternyata KPI sudah menegur acara tersebut.

Mas tukul dan team TV7 kayaknya gak takut dengan teguran KPI tapi tolong dong mas tukul takut dengan teguran 4JJI

Akhirnya kukirim emai ke empatmata@trans7.vo.id (tau bener atau nggak email adressnya)

saya suka adegan komedi anda saat berbahasa inggris yang belepotan, dan memotivasi komunitas orang jelek agar tidak minder

mas tukul sebagai leader orang jelek yang bisa cium pipi para artis cantik, harus siap menerima tanggung jawabnya , karena budaya cium pipi antar lawan jenis bisa makin meningkat.


anda harus siap menerima konsekwensinya (ganjarannya/dosanya) bila adegan anda ditiru masyararakat bahkan anak2
.
mas tukul dan team 4 mata, harus terima dosanya. sebanyak dosa2 jutaan mata yang meniru cium2 pipi perempuan bukan haknya setelah menonton acara anda


begitu saja mas tukul
saya cuma mengingatkan karena saya sayang pada anda yang sudah cukup baik memotivasi orang jelek dan minder, di sisi lain memotivasi orang cium2 bukan haknya.

mas tukul harus siap mengalami nasib seperti artis2 orang terkenal lainnya yang tidak merasa berdosa, dan menganggap remeh dosa sentuhan dg lawan jenis di depan umum. sehingga mendapat teguran dari tuhan 4JJI SWT uang mungkin berupa:

rumah tangga yang tidak harmonis
perceraian
berebut harta
berebut anak
dan lain2 teguran (BUKAN COBAAN)

Cobaan hanya diberikan kepada hamba yang sudah berusaha sholeh dan berbuat baik tapi masih mendapat musibah

thx u mas tukul
we love u. plis positif tingking
bila kau teruskan obral pipimu
berarti kau tak
kasihani istrimu

(semoga mas tukul segera menghentikan budaya cium2nya sehinggga tidak sampai mendapat teguran dari Allah)

wassalamualaikum

protes oleh: http://ayahara1.multiply.com/journal/item/68

Biarkan Anjing Menggonggong...

Selain membuat jargon Mas Tukul seringkali memelesetkan peribahasa yang baku dan benar yang kemudian biasa disebut sebagai “bahasa tumbuh-tumbuhan” ini adalah salah satunya…




Asli peribahasanya:

Biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu

Yang kalau bisa diartikan kurang lebih yakni, seseorang tak perlu menghiraukan apa kata atau omongan dari orang lain, tetap saja jalani apa yang yang diyakini, gak usah pedulikan omongan-omongan itu.

Menjadi:

Biarkan anjing menggonggong, yang penting timpuk!

Yang kalau bisa diartikan konotasinya kurang lebih yakni, seseorang yang menerima ejekan, cemoohan dan omongan dari orang lain, ya harus membalasnya atau untuk tataran denotasinya yakni kalau bertemu dengan anjing menggonggong ya timpuk aja anjingnya… hehehe…


Menkominfo Lebih Suka Tukul

“Republik Mimpi” Diancam Somasi, Menkominfo Lebih suka Tukul

Jakarta-Surya

Acara "Republik Mimpi" yang ditayangkan
Metro TV setiap Minggu malam pukul 21.30 WIB-23.00 WIB membuat kesal Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Sofyan Djalil.
Dia mengancam akan melayangkan somasi terhadap acara parodi politik yang menirukan
presiden dan mantan presiden itu.

Menteri menilai, tayangan itu sangat berpotensi merusak pemikiran masyarakat Indonesia, karena secara filosofis tayangan itu sangat buruk. Apalagi, masyarakat Indonesia dianggap belum punya edukatif yang bagus untuk menerima tayangan seperti itu.
Beda dengan Amerika dimana tayangan serupa mendapat perhatian masyarakat setempat karena demokrasi telah berjalan 200-an tahun.



"Kalau presiden dilegitimasi dan diolok-olok, mau dibawa kemana negeri ini. Otoritas kepala negara bahkan sampai kepala desa harus dihormati. Lagi pula presiden juga diangkat sebagai simbol kebangsaan dan figur seluruh masyarakat Indonesia," tegas Sofwan Djalil, Kamis (1/3).

Sebelum somasi, menteri mengaku akan pelajari dulu secara mendalam tayangan itu. Apakah bagus ke masyarakat atau tidak. "Kalau memungkinkan saya akan melayangkan somasi," terang dia.
Sofyan mengkritik pencetus acara ini Effendi Ghozali yang dianggapnya tidak memberikan pendidikan politik yang bagus kepada masyarakat.
"Pak Effendi saya katakan, beri pendidikan ke bangsa yang baik bukan sesuatu yang rusak tatanan masyarakat. Itu yang saya lihat. Makanya beliau tidak jadi ilmuwan tapi jadi tokoh joker (pelawak)," kritik menteri.

Secara berkelakar, menteri mengaku lebih suka penampilan Tukul Arwana dalam acara "Empat Mata" yang tayang Trans7 ketimbang "Republik Mimpi". "Tukul juga lucu tapi bagus sekali," aku menteri asal Aceh ini.

Diuraikan, bukan presidennya yang minta dihormati melainkan lembaga kepresidenan tempat presiden bernaung yang harusnya dihargai. ia memberi contoh Kerajaan di Thailand menjadi jangkar bagi budaya masyarakat untuk menghargai pemimpinnya.

"Masyarakat kita masih butuh pedoman dari pemimpin. Kalau pemimpinnya diolok-olok apakah itu bagus ke masyarakat. Juga kita tahu masyarakat kita paternalistik tidak semua mau menerima tayangan seperti itu," bebernya.
Meski protes namun kementerian yang dipimpinnya tak punya hak menghentikan tayangan tersebut.
"Ini hak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia, red). KPI harusnya bertidak," harapnya.

sumber: http://www.surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=2970&Itemid=30

Tukul Arwana Di Mata Keluarga dan Orang Terdekat (2-Habis)

Hobi Cium Bintang Tamu Diprotes Anak

HIDUP itu mengalir. Itulah yang diyakini Tukul Arwana. Saat pertama menginjakkan kaki di ibu kota pada 1989, Tukul tak punya bayangan mau bekerja apa. Karena itu, dia ikhlas menjalani pekerjaan apa saja di Jakarta. Dari tukang gali sumur pompa, MC acara di kampung, sampai sopir pribadi.
Pada 1995, ketika usianya 32 tahun, Tukul masih jauh dari kehidupan mapan. Saat itu dia memberanikan diri meminang gadis berdarah Padang, Susiana, 26, yang tak sengaja dijumpai di sebuah hajatan pernikahan seorang kawan. Pada tahun yang sama dengan pernikahannya itu pula, Tukul memulai debut sebagai entertainer di Jakarta. Dia diterima sebagai penyiar Radio Suara Kejayaan.
“Gaji saya di radio waktu itu Rp 75 ribu per bulan. Padahal, kontrakan rumah saya sebulan Rp 150 ribu. Sisanya, saya cari dengan kerja serabutan atau cari utangan dari teman,” kata Tukul kepada Jawa Pos.




Namun, roda kehidupan memang selalu berputar. Kini kehidupan Tukul sudah sangat berbeda. Di rumah seluas sekitar 200 meter persegi berlantai dua di Jalan Sawo Ujung, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Tukul hidup berkecukupan ditemani istri dan putri semata wayangnya, Novita Eka Afriana, 7.

Persis di samping kanan rumah bercat putih itu, berdiri tiga petak rumah kontrakan yang dikelola Tukul. Sedangkan di mulut gang menuju rumahnya, Tukul memiliki satu unit rumah lagi yang diberi nama Posko Ojo Lali.

Di posko itulah, teman-temannya sesama seniman tinggal. Di garasi posko terparkir Toyota Kijang Innova dan motor Harley Davidson yang disayanginya. Selain itu, sebuah sedan Mitsubishi Galant keluaran 1983, mobil pertama yang dibeli Tukul, masih terparkir di depan posko.

Empat Mata seakan telah mengubah status sosial Tukul. Tapi, menurut orang-orang terdekatnya, tidak ada yang berubah dari pria yang kerap dijuluki lele dumbo karena kumis tipisnya itu.

“Mas Tukul tetap suami dan ayah yang baik bagi anak saya,” kata sang istri, Susiana. Ketika jadwal kegiatannya di luar makin padat, Tukul justru bertambah sayang kepada keluarganya di rumah. “Alhamdulillah, sekarang Mas Tukul malah tambah sabar,” kata Susiana yang rambut selehernya dicat kemerahan itu.

Sebagai pelawak, Tukul dikenal sebagai sosok yang sulit serius dan selalu melontarkan lelucon-lelucon yang bisa mengundang tawa lawan bicaranya. Tapi, tidak demikian halnya saat dia di rumah.

Menurut Susiana, di luar pekerjaannya, Tukul merupakan sosok ayah yang tegas dan selalu menekankan disiplin di lingkungan keluarga. “Ngebanyol sering. Tapi, ada waktunya. Dalam mendidik anak, dia tegas sekali. Misalnya soal waktu belajar, waktu tidur siang, dan sekolah,” paparnya.

Hampir pada setiap penampilan sebagai host di Empat Mata, Tukul sering mencium pipi kanan-kiri dan bersikap mesra dengan bintang tamunya yang cantik.

“Pertama saya kaget. Bahkan, Vita (panggilan anaknya, Novita Eka Afriana) duluan yang marah. ’Kok ayah digituin sih’ katanya. Setelah itu, saya baru ngomong langsung sama Mas Tukul,” ujar Susiana.

Protes Susiana dan putrinya tidak berbuntut panjang. Setelah diberi pengertian, akhirnya mereka bisa memahami apa yang dikerjakan Tukul. “Mas Tukul ngasih pengertian. Saya pikir-pikir lagi, ternyata memang harus begitu. Itu bagian tugasnya sebagai penghibur. Sampai sekarang, saya tidak punya pikiran cemburu atau negatif lagi,” katanya.

Sejak awal pernikahan mereka hingga sekarang, Tukul selalu membicarakan masalah pekerjaan dengan istri. Jika Susiana tidak berkenan, Tukul tak segan menolak tawaran kerja yang menghampirinya. “Mas Tukul selalu mengutamakan saya. Kalau ada apa-apa, dia pasti minta pendapat saya,” ujarnya.

Melayani suami macam Tukul, lanjut Susiana, sama sekali tidak sulit. Misalnya dari segi makanan. Tukul tidak pernah minta disuguhi hidangan yang aneh-aneh. Bisa dikatakan, hampir setiap hari yang tersedia di meja makan rumahnya adalah menu makanan kampung.

“Mas Tukul makannya gampang. Dia paling senang dibuatkan oseng kangkung, oseng kacang panjang, urap, telur mata sapi, tempe goreng, bakwan jagung, dan mi instan,” papar Susiana.

Senang makanan biasa itu bukan karena ngirit. Menurut Susiana, jika dia memasak makanan mahal pun, jarang disentuh Tukul. “Sekali-sekali saya buatkan rendang atau ayam bakar. Hari itu dimakan. Tapi, besoknya pasti dia pilih jajan makanan yang biasa-biasa tadi,” kata Susiana.

Kesan sederhana juga dirasakan orang terdekat Tukul lainnya. Teguh, misalnya. Dia salah seorang teman dekat Tukul yang saat ini menangani segala keperluannya. Mulai menerima telepon, mengatur jadwal, mengoordinasi wartawan yang ingin wawancara, hingga negosiasi harga dengan calon klien. “Saya bukan manajer. Saya hanya teman yang membantu Mas Tukul,” ucapnya.

Sejak sama-sama menetap di rumah kos berukuran 2 x 3 meter awal tahun pada 1990-an, kata Teguh, Tukul tetap sosok teman yang apa adanya. Satu hal yang paling mencolok dari Tukul adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar.

“Bisa dibilang Mas Tukul itu paling semangat kalau dengar ada kerjaan. Apa saja pasti dia kerjakan,” kata Teguh. Karena kedekatannya itu, Tukul sudah tak sungkan lagi membagi pengalaman dan kesulitannya pada Teguh.

Dengan apa yang dimilikinya saat ini, Tukul tak pernah lupa berbagi dengan teman-temannya. Termasuk mereka yang menetap di Posko Ojo Lali. Beberapa tahun lalu Tukul sengaja membeli empat unit sepeda motor untuk digunakan teman-temannya mencari uang dengan mengojek.

Setiap syuting Empat Mata atau acara lainnya, Tukul selalu mengajak teman-teman, yang disebutnya sebagai tim sukses, untuk menonton. Sekali syuting, tak kurang dari 20 orang menemaninya. “Mereka bertugas memancing orang tertawa. Kalau ada penonton yang ketawa, pasti penonton yang lain ikut terbawa,” kata Teguh.

Sukses yang diraih Tukul saat ini ternyata sudah diduga Alex Sukamto, mantan majikan Tukul saat menjadi sopir pribadi. Menurut Alex, dia pernah dibuat kaget oleh Tukul saat mengetahui mantan anak buahnya itu punya hobi membaca.

“Setiap gajian, dia selalu menyisakan uang untuk beli buku. Saya nggak sangka, sopir kok punya hobi baca buku. Sudah gitu, buku-bukunya itu yang saya sendiri nggak ngerti. Ada yang tentang psikologi, politik, macam-macamlah,” cerita Alex.

Dari situlah, pria yang berdomisili di Pondok Cabe, Jakarta Selatan, itu mengetahui bahwa profesi yang dijalani Tukul saat itu hanya batu loncatan menuju cita-citanya yang lebih tinggi.

“Kemauan belajarnya tinggi sekali. Dia cerita ke saya, sebenarnya dia pengin sekali jadi pelawak terkenal. Dia jadi sopir hanya untuk mencukupi kebutuhan sementara,” ujarnya.

Di mata Alex, Tukul merupakan seorang perantau yang rajin dan sangat menjunjung tinggi kerja keras serta kejujuran. Terbukti, selama tiga tahun bekerja padanya, Alex tidak sedikit pun pernah dikecewakan.

Justru kemampuan Tukul dalam mengocok perut orang membuat Alex kerasan disopiri Tukul. “Sambil menyetir, biasanya kami ngobrol. Nah, di tengah obrolan itulah, dia sering melawak. Jadi, sepanjang jalan, saya ketawa terus,” kenangnya.

Hingga kini, Tukul masih sering berkomunikasi dengan mantan majikannya itu. Malah, dalam waktu dekat, Tukul akan bekerja sama dengan Alex membuka rumah makan. “Nama rumah makannya ikan bakar Tukul Arwana,” katanya. (rie)

ARI KURNIAWAN, Jakarta
Sumber : http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=8178

Tukul Arwana, Di Mata Keluarga dan Orang Terdekat (1)

Hadiahi Orang Tua Rumah Dua Lantai

Tukul Arwana memang fenomenal. Berkat aksinya di talk show “Empat Mata”, nama pelawak asal Semarang itu melambung. Meski demikian, pria berambut cepak itu tetap bersikap rendah hati.

ARIF RIYANTO, Semarang



RUMAH tua bercat hijau di Jalan Purwosari, Perbalan Gang V, Semarang Utara, itu menjadi saksi masa kecil Tukul. Tak ada yang istimewa dari bangunan di gang sempit di kawasan permukiman padat itu. Temboknya sudah rapuh dimakan usia. Hanya lantai di ruang tamu yang sudah diganti dengan keramik putih.

Sekitar 20 tahun pelawak yang memiliki nama asli Tukul Riyanto itu tinggal di rumah tersebut bersama orang tua angkatnya, Suwandi, yang sehari-hari menjadi mandor di sebuah perusahaan di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Meski hanya anak angkat, kasih sayang orang tua barunya itu layaknya kepada anak sendiri. Maklum, Suwandi memang tidak dikaruniai anak.

Tukul juga beruntung memiliki orang tua angkat yang relatif berkecukupan, bahkan boleh dibilang kaya. Dengan demikian, hampir semua kebutuhan Tukul terpenuhi.

“Untuk ukuran warga kampung di sana, orang tua angkat Tukul tergolong kaya. Saat yang lain belum punya motor dan televisi, Suwandi sudah punya. Bahkan, warga sini kalau mau nonton televisi, harus ramai-ramai ke rumah Tukul,” cerita Moch. Kuswanto, yang disebut Tukul sebagai teman akrab sekaligus guru spiritualnya.

Pemimpin Pondok Pesantren Istighfar yang akrab disapa Gus Tanto itu mengaku tahu persis masa kecil Tukul. Kebetulan dia teman satu kampung, sekaligus teman satu sekolah Tukul sewaktu di SD Purwogondo 02 Purwosari. Gus Tanto juga pernah menjadi kernet angkutan kota (angkot) Semarang jurusan Johar-Panggung yang disopiri Tukul.

Saat masih duduk di bangku SD, lanjut Gus Tanto, kawannya itu sudah dikenal humoris. Setiap saat dia selalu mbanyol (melawak, Red). Tak heran kalau Tukul memiliki banyak teman. “Tukul itu orangnya nyelelek. Ndak pernah diam. Selalu usil. Saya ini yang kerap dikerjai,” kenangnya seraya tersenyum.

Di kampung Tukul kecil dikenal sebagai anak yang lebih suka ngligo alias bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana kolor. “Suami saya sampai memperingatkan dia. Kul, nyandi-nyandi kok ora klambenan, opo ora isin kowe? (Kul, ke mana-mana kok tidak pakai baju, apa tidak malu kamu?),” kata Siti Ngasiah, 55, bulik Tukul, yang kini tinggal di bekas rumah orang tua angkat Tukul.

Ditanya soal nama Tukul, Gus Tanto menjelaskan, awalnya nama karibnya itu hanya Riyanto. Namun, karena sakit-sakitan, oleh orang tuanya ditambahi Tukul sehingga menjadi Tukul Riyanto. “Ternyata, begitu namanya ditambah, dia jarang sakit. Akhirnya, orang pun lebih suka memanggil Tukul,” jelasnya.

Selepas SD, putra ketiga pasangan Abdul Wahid dan almarhumah Sutimah itu melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Indraprasta. Di sekolah itu, kemampuan melawak Tukul semakin terasah. Bahkan, Tukul kerap tampil di acara tujuh belasan (HUT Kemerdekaan RI) di kampungnya.

Namun, saat Tukul duduk di bangku kelas III, orang tua angkatnya mengalami kesulitan ekonomi. Bahkan, Suwandi sampai menjual rumah kepada Siti Ngasiah yang kini menghuni rumah tersebut. Puncaknya, saat duduk di bangku SMA Ibu Kartini, Jalan Sultan Agung, Semarang, Tukul mulai kesulitan membayar biaya sekolah.

Sejak itu dia mulai kerja serabutan untuk mencari biaya sekolah. “Pekerjaan apa pun dilakukan. Yang penting menghasilkan uang halal dan bisa untuk makan dan biaya sekolah,” ujar Gus Tanto yang berambut gondrong itu.

Saking sulitnya mendapatkan uang, tak jarang saat berangkat sekolah Tukul hanya mengantongi uang saku Rp 100. Padahal, ongkos naik bus dari rumahnya hingga sekolah lebih dari itu.

Begitu lulus SMA, Tukul berkali-kali mengikuti lomba lawak tingkat lokal Semarang maupun Jateng. Selain melawak sendiri, terkadang Tukul berpasangan dengan tetangganya, antara lain, Slamet, Suharno, dan Sutrisno. Bahkan, Tukul berkali-kali meraih juara. Puncaknya, dia menyabet juara pertama lomba lawak tingkat Jateng.

“Biasanya, habis meraih juara lomba lawak, Tukul mentraktir makan teman-temannya dengan hadiah uang yang diterima. Sejak kecil dia memang tidak pelit. Kalau dapat rezeki, selalu dibagi bersama,” katanya.

Untuk mempertahankan hidup, lanjut Gus Tanto, Tukul bekerja menjadi kernet angkot jurusan Johar-Panggung. Profesi itu dijalani hanya beberapa bulan, sebelum akhirnya naik “pangkat” menjadi sopir angkot jurusan yang sama. Gus Tanto yang menjadi kernetnya. “Selama jadi kernet, Tukul berlatih mengemudi. Lama-lama dia bisa dan akhirnya dipercaya menjadi sopir,” tuturnya.

Sekitar dua tahunan menjadi sopir angkot, lanjut dia, Tukul berpindah kerja menjadi sopir truk elpiji di Tanah Mas, Semarang Utara. Di tempat yang baru ini Tukul menjalani hampir dua tahun, kemudian kembali menjadi sopir angkot.

“Setelah berganti-ganti pekerjaan, Tukul memutuskan hijrah ke Jakarta sekitar 1992. Namun, perjalanan di ibu kota itu juga tidak mulus. Dia masih harus bolak-balik Jakarta-Semarang karena tak juga mendapatkan pekerjaan,” cerita Gus Tanto.

Kehidupan Tukul mulai membaik setelah dia dipercaya membintangi klip video lagu Diobok-obok yang dinyanyikan penyanyi cilik Joshua Suherman sekitar 1997. Tukul juga diajak Harry de Fretes bermain dalam Hari-Hari Mau di SCTV.

Meski namanya sudah tenar, ujar Gus Tanto, Tukul tak melupakan teman-teman lama. Bahkan, Tukul selalu berhubungan dengan Gus Tanto setiap ada masalah atau akan memutuskan sesuatu. Seperti kemarin, Radar Semarang sempat ditunjukkan SMS dari Tukul. Dalam SMS itu, Tukul meminta saran kepada Gus Tanto tentang anak semata wayangnya, Novita, yang sakit demam.

Selain itu, setiap show ke Semarang dan sekitarnya, suami Susiana itu selalu menyempatkan berkunjung ke Ponpes Istighfar, yang selama ini selalu mendapatkan kucuran sedekah maupun zakat mal dari Tukul.

“Dia memang selalu telepon ataupun SMS saya untuk meminta pertimbangan. Termasuk saat memutuskan menerima kontrak sebagai host Empat Mata,” ujarnya.

Disinggung soal acara Empat Mata, sebelum memutuskan menerima kontrak itu, Tukul memang sempat bimbang. Namun, Gus Tanto terus meyakinkan Tukul bahwa dia mampu membawakan acara itu dan nanti bisa sukses.

Meski Tukul telah sukses, ayah kandungnya, Abdul Wahid, 70, masih setia menjadi penjahit. Pria yang akrab disapa Mbah Dul itu tinggal di Dusun Nggrembel, Kecamatan Gunungpati, sekitar 15 kilometer dari pusat kota Semarang.

Abdul Wahid tinggal di rumah cukup megah bersama putri keduanya, Anik Khowiyah. Rumah berlantai dua itu dibangun pada 2003, yang seluruh biayanya berasal dari Tukul.

“Saya menjadi penjahit sejak 1948. Dulu saya melayani semua jahitan pakaian maupun seragam. Sekarang hanya permak dan membetulkan resluiting saja,” kata Abdul Wahid dengan bahasa Jawa halus.

Lalu, mengapa Tukul sampai diasuh orang tua angkat? Ceritanya, pada usia 5 bulan dia sering sakit. Herannya, putra ketiga pasangan Abdul Wahid dan almarhumah Sutimah itu, jika menangis, selalu diam begitu digendong pasangan Suwandi, tetangganya.

Karena sering diemong keluarga Suwandi, Abdul Wahid dan Sutimah yang memiliki empat anak rela menyerahkan Tukul saat Suwandi menginginkan Tukul sebagai anak angkat.

Ditanya tentang sukses Tukul, ayahanda Siti Rondiyah, Anik Khowiyah, Tukul Riyanto, dan Suhadi alias Bendel itu mengaku sangat senang. Dia tidak menyangka anaknya yang diasuh orang lain sejak berusia 5 bulan itu kini menjadi orang terkenal. “Saya memang jarang ngobrol dengan dia. Kalau ke sini, hanya sebentar,” ujarnya.

Menurut Sugiyanto, 28, putra Anik Khowiyah, Tukul rutin berkunjung ke rumah orang tua kandungnya setiap Lebaran. Biasanya, Tukul datang bersama istri dan anaknya mengendarai mobil. “Di luar Lebaran, Lik Tukul datang tidak tentu. Biasanya, kalau ada acara di Semarang dan sekitarnya,” ujarnya kepada Radar Semarang.

Di rumah ayah kandungnya itu, Tukul jarang menginap. Biasanya, dia hanya lek-lekan (begadang) sebentar, kemudian kembali ke hotel. “Tapi, kalau Lebaran, kadang dia menginap di sini sama anak-istrinya. Kalau ke sini, Lik Tukul suka nyari petai dan jengkol. Dia juga suka bagi-bagi uang dan pakaian ke keponakan dan tetangga,” ceritanya. (*)

Sumber : http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=8173

Tukul Arwana Jadi Penyanyi

Nur Hasan - detikHot
Jakarta, Sukses jadi pelawak dan presenter talk show, Tukul Arwana tak berhenti begitu saja. Profesi penyanyi kini sedang dicoba oleh pria kocak berkumis ikan arwana ini.

Ditemui detikHot di Atlanta Inter Music Jl. Prof. Dr. Latumenten, Grogol, Sabtu (10/3/2007), Tukul tak menolak jika ia merambah dunia tarik suara dikatakan aji mumpung. Peluang yang menambah pundit-pundi uangnya memang sesuatu yang pantas ia sambar.

“Saya di sini jika angka-angka cocok ya saya ambil, karena memang saya mau dapat duit banyak.” tutur Tukul usai take suara.


Suara Tukul dapat dinikmati di lagu single berjudul 'Wong Deso' Bergenre disko koplo, album kompilasi ini bakal segera keluar bulan Maret ini.

“Target bulan ini albumnya keluar. Senin tanggal 19 Maret nanti rencananya mau bikin video klip Tukul.” ujar produser Atlanta, Samin Heriyanto.

Proses merekam lagu menjadi perkara mudah bagi Tukul. Hanya perlu waktu dua jam latihan sebelum merekam.

”Lihat contoh lagu. Dua jam sepertinya langsung bisa, latihan saat rekaman tadi. Masalah hanya menyesuaikan cengkok saja.” tandas pembawa acara Empat Mata ini (erk/erk)

Don Luk De Buk Jas Prom De Koper

Don’t Judge The Book by Its Cover

Bahasa ala tukul

Don Luk De Buk Jas Prom De Koper

"Walaupun berbeda pelafalan namun mempunyai arti yang kurang lebih sama yakni janganlah menilai orang dari luarnya saja tapi liat juga dalam hatinya atau bisa juga jangan liat siapa yang bicara tapi coba liat apa yang dibicarakan atau dalam artian mas tukul jangan liat casingnya tapi rasakan seberapa kuat sinyalnya…"

Om Farhan Vs. Tukulus Ryantrei

Aku coba deh untuk membandingkan kedua orang ini yang menjadi host dalam acara talk shownya masing-masing. Farhan dalam acara Om Farhan [ANTV] dan Tukul di Empat Mata [Trans 7]. Btw, aku cuman memperbandingkan tanpa ada niat untuk membuat permusuhan antara Farhan dan Tukul ya. Hohohoho....



Farhan itu omongannya tinggi sekali. Bahkan kadang-kadang terkesan sombong. Topik yang dia bawain selalu topik-topik buat orang-orang berjouis alias orang menengah ke atas. Jadi jangan heran kalo ada orang awam yang ngerti dengan topik yang dibawakan. Cara ngomongnya Farhan belepotan tuh. Entah kenapa bisa begitu. Apakah karena gak bisa berbahasa Indonesia yang baik atau apa gitu [mirip Dian Sastro di kuis Super Milyarder 3 Milyar gitu lah....]. Padahal ngakunya orang ini sangat lihai dalam memandu acara. Gak bisa bawa suasana. Bahkan tidak jarang mengalami blank alias sepi dalam beberapa detik. Mungkin lagi mikir kali yeee.... Farhan ditemani oleh seorang pelawak bernama Kiwil. Tapi kalo aku liat sih, lawakannya Kiwil gak lucu-lucu tuh. Malah terkesan garing dan norak. Entah, apakah Kiwil masih ada dalam acara ini atau sudah didepak keluar hohohohoho....

Gimana dengan Tukul di Empat Mata? Biarpun wajahnya kampungan sekali, tidak bisa dipungkiri dengan segala keterbatasan yang dia miliki, Tukul dapat membuat acara Empat Mata ini menjadi sebuah acara yang wajib ditonton. Bahkan aku dengar-dengar acara Empat Mata memiliki rating dan sharing yang sangat tinggi. Kenapa bisa begitu? Mungkin karena Tukul pintar memadukan acara talkshow dengan humor. Tukul memang jago melawak dalam situasi apapun juga. Lawakannya selalu segar, tidak basi atau garing. Bisa membuat penonton dan bintang tamu tertawa terpingkal-pingkal. Cara ngomongnya juga tidak tinggi hati tuh. Bahkan dia tidak jarang mengakui kalo dia itu tidak ahli dalam berbahasa Inggris dan sekarang lagi belajar. Good point!!! Lebih baik belajar dr pd tidak sama sekali Gimana dengan topik yang dibawakan dalam acara ini? Yang aku liat topiknya tidak jauh dari kehidupan sekeliling kita. Pokoknya sederhana gitu lah. Gak perlu pasang topik yang berat bahkan sampe bikin penonton pusing.

Terus terang, aku paling suka ama quote-quote yang dibuat oleh Tukul. Diantaranya adalah "Kita kembali ke lap.... top!!!", "Rey, Rey, Rey....Reynaldi", "Fish to fish", "Silent please, cooling down", "Puas, puas??!!! Kok senang liat orang susah. Ta' sobek-sobek mulutmu", dan masih banyak lainnya. Wakakakakaka.... Bahkan karena sering menggunakan kutipan "Kita kembali ke lap.... top!!!" produsen laptop ternama yakni HP sampe ikut menjadi salah satu sponsornya. Bisa diliat pada laptop yang digunakan oleh Tukul.

Episode terbaik acara Empat Mata menurutku adalah episode di mana Naif tampil sebagai bintang tamu. David cs yg jayuz ketemu dengan Tukul yg kocak akan menghasilkan apa? HANCUR!!!Wakakaka.... Juga ketika Project P menjadi bintang tamu, yang ada adalah perang ketawa. Paling senang pas Tika Panggabean ngerjain Tukul dengan cara menutup laptop. Terpaksa deh Tukul pake manual script. Hahahahaha...........

Well.... kayaknya tulisan di atas terlalu subyektif sekali ya? Maaf deh kalo begitu. Soalnya memang begitu sih penilaian pribadi-ku. Dulu aku selalu ikutin acara Om Farhan dari episode pertama. Awalnya sih oke lah. Entah kenapa makin lama acara itu cenderung membosankan hingaa sekarang ini aku gak menontonnya lagi. Mungkin karena sang host-nya kali atau aku-nya aja yang sentimen ama Farhan [padahal kenal juga engga, hihihihi....]. Tapi kalo aku dikatakan sentimen, kenapa orang lain juga berpikiran sama kayak aku ya? So buat tim kreatif acara Om Farhan, selamat berjuang ya....

Setuju..!! Empat Mata Trans 7, Acaranya Tukul Arwana...katrooooo!!..

Setuju..!! Empat mata Trans 7, Acaranya Tukul Arwana yang katro!!..

Betul!
Pertama kali saya menonton acara itu, saya langsung tidak sreg.
Terutama karena cara Tukul membawakan acaranya sangat NORAK!
Mungkin memang formatnya seperti itu (Tukul sengaja dipilih spy acaranya
makin norak) atau bagian produksi memang menciptakan acara ringan bin norak.
Maaf, jika kasar.
sebenarnya acara itu bagus, tema-temanya ringan dan menarik namun apakah
memang Tukul harus membawakannya dengan norak, kampungan, bergaya slapstik dan
kerap melecehkan orang?
Tolong TV7, buatlah acara yang lebih berkualitas.
Nasib bangsa ada padamu.

- Rusiyana Haudy Putrie -

Walau Cidera, Ngelawak Jalan Terus

Alamaak, melihat tampangnya saja, pasti Wong Ndeso jadi pengen ketawa ngakak nihh.... Coba kita tengok mimik wajahnya, polos, sok jujur, culun, menggelikan, wahh lengkap deh.... Seperti itulah sang pelawak Tukul Arwana menunjukkan sosoknya sebagai seorang penghibur.

Laki-laki sederhana yang lahir di Semarang, 16 Oktober 1963 ini memang mempunyai darah lawak yang alami sejak kecil. Menurut cerita yang digulirkannya Kamis (8/12), komedian jebolan “Srimulat” ini mengaku telah terbiasa melawak di depan saudara-saudaranya di rumah. Konon, sifat ngeyelnya ini merupakan hasil didikan sang ayah yang doyan melontarkan humor-humor lucu tatkala ia sedang berantem dengan kakaknya.

Meskipun sudah tersohor di kancah lawak, ia mengaku ogah mengganti namanya. Seperti apakah masa kecilnya? Olala, ternyata tak jauh dari profesinya sekarang. Waktu kecil, darah lawaknya memang kerap dipamerkan kepada banyak orang. Yuk ah simak langsung penuturannya....

**

SEJAK kecil suasana rumahku memang tak jauh dari canda serta seloroh semua anggota keluargaku. Ehmm, boleh dibilang, bakat mengocok perut orang ini, kudapati dari ayahku yang asli keturunan Jawa. Pokoknya, kalau aku dan adikku ribut-ribut sedikit, pasti ujungnya diakhiri dengan canda nakal dan gelak tawa. Tak lain, jurus melawak inilah yang dilancarkan ayahku untuk menghangatkan suasana.

Di Perbalan Purwosari Semarang, aku menghabiskan masa kanak-kanak dengan ceria. Sekira tahun 70-an, ketika aku masih duduk di bangku SD Perbalan Purwosari, aku pun sudah aktif melawak di setiap kesempatan perhelatan desa. Tapi waktu dulu tuh tujuannya bukan cari duit lho.... yaa boleh dibilang hanya doyan ngelucu.

Tak beda dengan di rumah, di sekolah pun aku sama isengnya nih.... Tak jarang, aku kena hukum guru gara-gara sifatku yang suka ngeyel dan nggak pernah serius. Kalau ibu guru lagi mengajar, aku tuh suka jahil menirukan gerak-geriknya dengan gaya yang nakal dan menjengkelkan.

Huuh, tak jarang deh, aku pun dihadiahi banyak hukuman. Disentil, dijewer, angkat kaki sebelah, bersihin kamar mandi sekolah, wah macem-macem deeh. Anehnya, aku tuh nggak pernah merasa kapok. Hehe.... nakal ya si Tukul....

Waktu dulu, kakak-kakak senior di kepramukaan sering ngomel karena aku dinilai nggak pernah kompak jika dibuat menjadi satu regu. Ketika barisan reguku sudah rapi, eh eh.... aku suka iseng mengacaukannya.

Namun, di saat kegiatan berkemah, api unggun atau aktivitas kebersamaan, nah.... ini dia, aku justru wajib tampil melawak di depan mereka. Dengan berbagai tingkah yang urakan dan menggelikan, aku pun selalu sanggup membuat acara jadi meriah.

Sejak kecil aku memang sudah terbiasa menebar komedi di antara penonton. Sebelum aku masuk panggung Srimulat di usia remaja, kegiatan melawak keliling kampung merupakan bagian dari cerita masa kecilku dulu. Bahkan pada saat acara 17 Agustusan pun, aku sering naik pentas untuk menghibur orang-orang di kampung.

Satu cerita menyedihkan sekaligus lucu pun tergores manis dalam kenangan masa kecilku. Ceritanya, menjelang perayaan 17 Agustus, anak-anak di kampung memang sudah menyusun acara untuk menampilkan pementasan lawak bocah cilik. Kebetulan, aku ditunjuk sebagai pengisi acara karena di kampungku aku memang dikenal sebagai anak kecil yang paling pandai memancing tawa.

Tak dinyana, sehari sebelum acara dilaksanakan, aku terkena musibah jatuh dari pohon hingga tangan kananku mengalami patah tulang. Berhubung acara sudah dipersiapkan dari jauh hari, keesokan harinya aku tetap tampil melawak dalam keadaan tangan digendong sebelah. Oala.... untungnya para penonton sukses ketawa-ketiwi menyaksikan lawakanku. Huh, padahal nih, waktu itu badanku lagi panas dingin nggak karuan akibat tulangku yang patah itu.

Cover Boy Bertampang Pas-pasan

Lawakannya renyah, berani menertawai diri sendiri

"Saya tunggu di rumah besok jam enam pagi," kata Tukul Arwana ketika dihubungi via telepon selulernya. Pekan-pekan belakangan, Tukul banyak mengisi acara di luar kota, sehingga baru Rabu lalu bisa menyediakan waktu.

Ya, boleh dibilang, hari-hari Tukul sungguh supersibuk. Selain kerap diundang pentas di luar kota, lima kali sepekan dia menjadi pembawa acara Empat Mata di TV7, yang sekarang bernama Trans-7. Ia juga tampil dalam acara Catatan Si Tukul di RCTI dua kali sepekan, plus sekali seminggu muncul dalam Ketawa Sore di Trans TV.

Tapi mencari rumah Tukul di bilangan Jalan Sawo Ujung, Cipete Utara, Jakarta Selatan, tak sesulit meminta waktunya. Hampir setiap orang di kawasan itu bisa menunjukkan lokasinya dengan detail, termasuk ciri-ciri rumahnya.

Tukul memang sedang naik daun. Namanya berkibar menyusul kian digemarinya acara Empat Mata. Sampai-sampai ungkapan khasnya di acara itu, "kembali ke laptop", kini menjadi jargon yang ngetren di berbagai kalangan.

Jam menunjuk pukul 05.50 saat Tempo tiba di rumah sang pelawak. Tukul memiliki dua rumah cukup besar dan tiga rumah petak yang dikontrakkan. Menurut dia, rumah pertamanya, yang sejajar dengan tiga rumah kontrakan, ditempatinya bersama istri dan anaknya. Sedangkan rumah keduanya dijadikan posko, tempat bertukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan bersama teman-temannya.

Di garasi rumah keduanya, terparkir Kijang Innova berwarna krem. Mobil inilah yang kerap membawanya ke mana-mana, terutama ke lokasi syuting. Sedangkan di halaman, nongkrong sedan Galant tua berwarna ungu. Menurut seorang anak buahnya, mobil itu merupakan kendaraan pertama yang dibeli Tukul dari hasil jerih payahnya sebagai pelawak.

Tak lama kemudian, Tukul muncul mengenakan kaus singlet putih dan celana pendek hitam, tanpa alas kaki. Penampilannya apa adanya. Kami duduk di teras rumah keduanya. Pembantu rumahnya kemudian datang membawa mi instan rebus, gorengan tempe-tahu, dan teh manis panas. "Masih pagi, kita sarapan dulu sambil ngobrol," kata Tukul.

Tukul berkisah tentang kedua rumahnya dan tiga rumah kontrakannya. Menurut dia, semua itu dibeli secara bertahap, satu per satu. Pada 1995, saat baru menikah dengan Susiana, perempuan Minang, ia mengontrak rumah di sana. Saat rezeki mulai mengalir, ia kemudian membeli rumah petak yang dikontraknya itu. Setelah sekitar 10 tahun, barulah ia bisa membeli rumah-rumahnya itu. "Saya betah tinggal di sini karena suasananya kekeluargaan," katanya menjelaskan.

Di rumahnya yang cukup asri, Tukul punya kebiasaan unik. Malam menjelang tidur, dia biasanya nonton DVD film horor. Ia suka film horor karena menegangkan. Katanya, suasananya menantang, sesuai dengan dia yang memang suka tantangan.

Kebiasaan uniknya yang lain adalah memetik bunga melati malam-malam. Di halaman rumahnya, pelawak berambut cepak itu menanam pohon melati yang dibiarkan merambat hampir merimbuni seluruh halamannya. "Saya suka melati. Meski bunganya kecil, harumnya luar biasa," Tukul menerangkan.

Sekitar pukul 07.15, Tukul minta izin untuk mandi. Dua jam berselang, ia ditunggu syuting rekaman Catatan Si Tukul di studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Rencananya ia akan melakukan syuting rekaman dua episode acara komedi yang ditayangkan sejak awal Desember itu.

Sebelum berangkat, Tukul, yang mengenakan kaus berkerah oranye, jins belel, dan sepatu kulit hitam, pamit kepada istri dan anak perempuan semata wayangnya, Novita Eka Afriana, 7 tahun. Sepanjang perjalanan, Tukul malah lebih banyak bercerita tentang perjalanan kariernya sebagai pelawak. "Ceritanya sangat panjang dan mengharukan."

Lahir di Kampung Perbalan, Purwosari, Semarang, Jawa Tengah, 16 Oktober 1963, sejak remaja Tukul kerap tampil melawak di panggung 17 Agustusan. Ia lulus Sekolah Menengah Atas Kartini Semarang pada 1983. Dua tahun kemudian, pria bernama asli Riyanto itu merantau ke Jakarta. Ia berkeinginan merintis karier sebagai pelawak di Ibu Kota.

Tapi Tukul gagal. Anak ketiga dari empat bersaudara keluarga Abdul Wahid dan Sutimah (almarhumah) itu kembali ke kampung halamannya dan menjadi sopir omprengan. Ia kemudian membentuk grup Purba Ria dan mengikuti sejumlah lomba lawak yang digelar di Semarang. Tukul dan grupnya menyabet beberapa gelar juara. Itu memompa semangatnya kembali ke Jakarta untuk mengadu peruntungan pada 1989.

Ternyata gelar juara lawak tak menjamin kariernya mulus. Tukul banting setir menjadi sopir pribadi hingga 1992. Setahun kemudian, ia melamar menjadi penyiar radio humor, Suara Kejayaan, Jakarta. Honornya sekitar Rp 75 ribu. Padahal ia harus membayar kontrakan rumahnya Rp 150 ribu per bulan. Akhirnya, demi menutupi kekurangannya, ia bekerja serabutan: menjadi pemandu acara atau melawak di sejumlah tempat.

Hidupnya terasa kian berat setelah dia menikah pada 1995. Demi menyambung hidup, ia terpaksa menjual cincin kawin dan kalung. Saat itu, Tukul benar-benar hidup prihatin. Ia hanya bisa memberikan uang belanja kepada istrinya Rp 3.000 setiap hari. "Hampir setiap hari menu makannya cuma nasi putih sama oseng-oseng kangkung," katanya mengenang.

Namanya mulai dikenal saat dia menjadi figuran klip video penyanyi cilik Joshua. Pertama-tama, ia ikut dalam klip video lagu Air yang populer dengan kata "diobok-obok" itu. Untuk perannya ini, Tukul mendapat honor Rp 160 ribu.

Pada 1997, dia melamar ke Srimulat, grup lawak yang didambakannya sejak pertama kali merantau ke Jakarta. Tukul diterima. Tapi, setelah sekitar dua tahun bergabung, ia dinilai tak bisa mengikuti langgam lawakan grup itu. Ia mendapat surat peringatan. Isinya teguran bahwa kualitas permainannya tak memenuhi syarat. "Saya sedih sekali karena waktu itu istri sedang hamil tua," katanya ketika kami tiba di studio RCTI pada pukul 08.35.

Syuting yang dimulai pukul 09.30 itu berlangsung hingga pukul 14.30. Rihat sekitar satu jam (11.30-12.30), Tukul memanfaatkan waktu tersebut dengan makan siang prasmanan yang disediakan kru acara itu. Menunya nasi gudeg, ayam goreng, dan telur bacem. "Saya tidak punya pantangan dalam urusan makan," ujar Tukul, yang di atas panggung sering mengaku sebagai mantan cover boy bernama Reynaldi.

Tukul mengaku tak punya jadwal makan yang ketat. Pokoknya, kalau merasa lapar, ya, makan. Dalam sehari dia kadang makan tiga kali, kadang empat kali, tapi tak jarang cuma dua kali. Sebetulnya ia paling suka makan telur mata sapi dan sambal goreng petai. "Kalau saya sekarang makan petai, kasihan kru RCTI, bisa pingsan," katanya seraya tergelak.

Kelar syuting, ia memutuskan kembali ke rumah. Ia ingin istirahat sejenak sebelum malamnya melanjutkan syuting Empat Mata. Yang mengagetkan, ia memilih naik sepeda motor. Tukul diboncengkan asistennya, Teguh. Menurut dia, itu lebih efisien dan lebih cepat karena bebas macet.

Sejak duduk di sekolah menengah pertama, dia sudah gemar naik sepeda motor. Tapi baru benar-benar kesampaian punya motor setelah ia menjadi pelawak di Jakarta. "Dulu kan saya kere. Boro-boro beli motor, makan saja susah," kata pelawak yang pekan lalu baru membeli motor Harley-Davidson itu.

Petangnya, sekitar pukul 18.00, kami berangkat menuju lokasi syuting Empat Mata di Pengadegan, Jakarta Selatan. Dan lagi-lagi Tukul memilih naik sepeda motor membonceng asistennya. Istri dan anaknya menyusul dengan Kijang Innova. Rabu malam itu, ia akan melakukan syuting dua episode. Yang satu rekaman untuk edisi Natal, satunya lagi siaran langsung.

"Terus terang, awalnya saya nggak pede menjadi presenter acara ini," kata Tukul sambil menunggu syuting dimulai. Acara yang mulai digelar pada 28 Mei 2006 itu adalah obrolan santai seputar masalah sosial yang dikemas dalam komedi. Setiap episode selalu menghadirkan bintang tamu--rata-rata selebritas--untuk diwawancarai.

Sebagai pembawa acara, Tukul harus memiliki karakter genit, nakal, dan sok pinter. Nah, demi menunjang hal itu, ia dilengkapi sebuah laptop. Dalam acara tersebut, ia tampak cekatan mengoperasikan komputer jinjing itu. "Padahal, aslinya saya nggak bisa komputer. Saya juga nggak punya laptop," katanya.

Ihwal sepak terjangnya yang genit di acara itu, awalnya ini sempat membuat istrinya cemburu. "Awalnya saya memang syok juga. Tapi, setelah Mas Tukul menjelaskan, saya bisa mengerti," kata sang istri, yang malam itu nonton bersama anaknya, menjelaskan.

Lalu berapa sih honornya sebagai presenter? Tukul tak segera menjawab. Ia pura-pura merenung. "Tulis saja honornya lumayan," ujarnya. "Atau tulis saja pokoknya memuaskan, deh."

Pulang syuting, Tukul mengajak makan di warung kudapan di bilangan Blok S, Jakarta Selatan. Saat itu sekitar pukul 23.30. "Kita makan sate kambing langganan saya, ya," ujarnya. "Saya telah menjadi pelanggan tetap sejak 1990-an."

Sambil menikmati sate kambing, ia bercerita bagaimana bisa kenal dengan semua pedagang di kawasan itu. Waktu itu, ia indekos di sekitar Blok S dan selalu makan di warung kudapan di kawasan tersebut, secara bergiliran, setiap malam. "Yang membuat saya dikenal, semua pedagang di sana sempat diutangi," katanya.

Arti Nama Tukul

T = tataplah aku
U = untuk kau nikmati
K = kalau kau mau
U = untuk kau sayangi
L = lama-lama jadi seperti ariwibowo

''Mas Tukul Wong Ndeso''

Orang mengenal Tukul Arwana dengan gaya dan ucapannya yang khas. ''Re..Re..Renaldy,'' ucapnya sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti sedang menjumput di depan mulutnya. Selain itu, ia juga sering menggerakkan tangannya seperti menyisir rambut di dua sisi kepalanya, ketika memperkenalkan dirinya sebagai cover boy. Atau itu, itu, tepuk tangan ala tepuk tangan monyet.

Kini, orang semakin mengenal dia karena ucapannya yang khas pula. ''Kita kembali ke laptop.'' Atau jawaban khasnya ketika diledek dipanggung. ''Puas-puas.'' Tukul kini menjadi host acara Empat Mata di sebuah televisi swasta. Acara yang mendapatkan jumlah pemirsa dan slot iklan yang cukup banyak. Selain membawakan acara Empat Mata, ia juga membawakan acara Catatan Harian Tukul. Ia juga tampil di Ketawa Sore. Di saat ia dirias untuk siaran Empat Mata, Rabu malam (10/1), Tukul melayani pertanyaan-pertanyaan Burhanuddin Bela dari Republika.

Kini banyak orang menyenangi program Empat Mata. Anda merasa begitu?
Orang-orang bilangnya gitu. Kalau saya, kayak-nya biasa-biasa saja. Bercandanya, kayak bercanda waktu saya melawak-melawak dulu. Mungkin ini lebih fokus, saya lebih dominan, jadi orang memperhatikan. Orang-orang bilang begitu, bangus banget.

Bagaimana awalnya Anda jadi host acara ini?
Awalnya, saya kan syuting Warung Pojok di TV7. Terus ada manajer produksinya, waktu itu Mr Apollo, orang Filipina. Dia ngamati saya terus. Amati permainan saya, bicara saya, gerak-gerik saya. Itu diamati terus beberapa episode, terus dia ngajak ngobrol empat mata. Saya mau dikasih, itu tadi, bawa host acara di talk show itu. Saya bilang, saya spesialisasinya lawak, kalau begitu saya tidak bisa. Kenapa tidak cari yang lebih spesialisasi di host, yang wawasannya luas, intelektualnya tinggi, yang pendidikannya wah, sudah, punya titel banyak. ''Tidak. Itu sudah umum, sudah wajar. Kalau kamu saya lihat, punya talenta, kamu itu cerdas. Kamu itu seperti Larry King,'' katanya ha ha. ''Kamu diam kalau diajak diskusi, kayak-nya tidak memperhatikan, tapi begitu tik, kamu kayak-nya lebih improvisasi, lebih menghidupkan suasana. Aku yakin, gitu.''

Anda sempat merasa tidak yakin dengan kemampuan sendiri?
Ya, sempat. Ini bagian programming, tidak percaya. Terus akhirnya, Mr Apollo bilang, `'Maunya apa?'' Maunya saya minta contoh dulu. Di-bikinin, ya udah, di-bikinin dua episode. Ternyata, akhirnya oke. `'Bagus, bagus. Boleh, boleh.'' Akhirnya langsung 13 (episode), 26, terus 26 lagi, terus 39, tambah lagi sekarang 260 episode.

Apa pertimbangan Anda waktu itu enggan menerima tawaran?
Saya bilang, gimana. Saya tolong dibantu dengan tim kreatif. Nanti ditransferi melalui laptop aja pertanyaannya. Kalau tidak, kayak-nya seolah-olah saya cerdas. Padahal di situ karakter saya, ya nakal, genit, lucu, dan sok pintar.

Jadi ide menggunakan laptop itu dari Anda?
Ya, dari saya.

Bagaimana dengan kalimat `kembali ke laptop' yang sering Anda ucapkan?
Kan waktu saya melawak, biasanya, kalau sudah ngelantur, teman-teman bilang, `'Ayo kembali ke benang merah.'' Maksudnya, kembali ke cerita. Di sini, kalau sudah waktunya mau break atau waktunya mau iklan, ya saya mesti, `'Oke-oke, kembali ke laptop.'' Kalau sudah ngelantur, ayo, kembali ke laptop. Ternyata penjualan laptop sekarang meningkat gara-gara saya. Anak-anak kecil juga begitu sekarang, `'Ma, beliin laptop dong.''

Anda merasakan ini fenomenal?
Luar biasa. Benar-benar fenomenal sekali ha ha.

Di situ Anda digambarkan sebagai orang lugu dan tidak cerdas. Apakah memang diarahkan seperti itu?
Memang saya itu tidak pintar ha ha. Saya biasa-biasa saja. Cuma karena saya sering membaca buku, baca koran. Saya itu apa saja saya baca. Saya senang. Dan saya kalau ngobrol sama orang, saya ambil ilmunya yang bagus, yang jelek saya tidak ambil. Dan saya ngobrol sama siapa aja, saya nggak milih-milih. Orang bawah, orang atas, orang menengah, itu orang kutu kupret, culun, katro, apa itu profesor, jenderal. Tapi, kalau itu bagus, tak ambil.

Salah satu episode acara Anda sempat dihadirkan teman Anda waktu masih susah, Joko Dewo. Sampai sekarang masih sering bertemu mereka?
Mas Joko itu teman kecil, sudah seperti saudara. Dia yang bawa saya ke Jakarta, yang kasih makan, yang kasih apa-apa saja. Pokoknya, awalnya saya berani ke Jakarta karena dia. Saya di Jakarta tidak punya siapa-siapa. Katanya, kalau di Jakarta bisa ngetop. Tapi, saya tunggu-tunggu sampai bertahun-tahun tidak ngetop-ngetop. Sudah jadi juara tidak ngetop-ngetop. Bingung. Itu lama, 12 tahun. Sampai mereka sudah kawin, kerja, saya tetap konsisten di dunia lawak. Saya hanya celangak-celongok untuk mempertahankan hidup. Mau balik ke Semarang keadaan saudara pada miskin, orang tua miskin, saya nggak punya rumah di Semarang. Akhirnya, mendingan saya susah di Jakarta. Susah di kampung orang pada tahu. Udah, untuk mempertahankan hidup nyopir Pak Alex. Akhirnya dia bantu. Bertahun-tahun saya ikut dia.

Bagaimana bisa melawak kalau jadi sopir?
Kalau aku ada acara seperti casting-casting, saya minta izin. Tapi, dia sempat bilang, tidak mungkin, kamu mungkin hanya dibohongi, di-kasih janji-janji. Tapi saya tetap konsisten terus. Berhasil sendiri, dia kaget, salut.

Perjuangan hidup tak seperti membalik telapak tangan. Tukul Arwana memahami betul kalimat itu. Lahir dan besar dari keluarga yang serba kekurangan, memaksanya harus banting tulang di usia masih muda. Masa sekolah, ia sudah mesti mencari uang di jalanan: menjadi kernet dan sopir angkot.

Ternyata, Tuhan memberinya bakat melucu. Sejak kecil ia sudah menujukkan kebolehannya itu di panggung-panggung acara peringatan Hari Kemerdekaan RI di kampungnya, Perbalan, Semarang. Predikat juara lomba lawak pun telah disandangnya.

Rupanya, predikat juara itu belumlah cukup untuk dijajakan di Jakarta. Tukul mencoba peruntungan di Ibu Kota atas ajakan kerabatnya, Joko Dewo. Tapi, nasib baik belum juga menghampirinya. Apa boleh buat, pria kelahiran Semarang, 16 Oktober 1963, ini terpaksa menggantungkan hidup pada kerabatnya itu.

Mengapa nama Anda Tukul Arwana?
Nama Arwana dikasih Tony. Joko kasih nama mujair, Tukul Mujair, Tukul Julung-julung, Tukul Sapu-sapu. Tony bilang, ''Kamu kasih nama arwana aja, karena arwana kan ikan dipelihara orang kaya, siapa tahu kamu jadi orang kaya. Kumismu kayak orang kaya. Kalau mujair kan mainnya di empang.'' Terus Tony juga mengajari, ''Kamu harus pakai bahasa Indonesia, biar terbiasa, biar dimengerti semua orang.'' Saya masih belepotan bahasa Indonesianya. Saya dari Jawa, jadi untuk ngomong bahasa Indonesia, ada penerjemahnya dulu baru kita keluar. Ada berhentinya sedikit, ada spasinya. Sekarang, karena sudah terlatih, saya selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Nama Thukul dari mana?
Itu dari orang tua. Nama saya kan Riyanto. Dulu, waktu kecil sakit-sakitan, di-kasih nama Thukul. Thukul itu kalau bahasa Indonesianya tumbuh. Artinya, ada Frans Tumbuan, ada Frans Thukulan. Kalau bahasa Inggrisnya growing up, Mr Growing Up, tumbuh dari bawah ke atas.

Mengapa Anda suka menyebut diri cover boy?
Itu idenya dari saya sendiri. Orang kan harus kontradiksi (maksudnya kontradiktif). Lawak, menurut saya, harus kontradiksi. Putih jadi hitam, hitam jadi putih. Dan kita harus memutarbalikkan logika. Jadi, kalau saya mengaku cover boy, kayak-nya tidak pantas sekali. wong daftar aja mungkin didis ha ha. Diskriminatif sekali kan? Makanya saya bilang cover boy dari majalah Sobek. Daripada disebut under cover, diinjak-injak ha ha ha. Dan saya selalu menyebut nama Renaldy. Kan tidak cocok tampang saya namanya Renaldy. Renaldy itu paling tidak kulitnya putih, matanya biru.

Bukan karena Anda mengagumi artis Renaldy?
Tidak, saya cuma cari. Itu tadi, kontradiksi-kontradiksi. Tidak ada ceritanya, diciptakan sendiri. Tampang seperti saya nama Renaldy kan tidak pantas.

Siapa yang memperkenalkan Anda dengan dunia panggung?
Ya itu, Joko, Tony, Totok Prawoto, ya Harry de Fretes, banyaklah.

Kalau Joko kan kenalan dari kampung. Bagaimana Anda bisa berkenalan dengan yang lainnya?
Saya baca buku bahwa kalau satu hari nambah teman satu, itu luar biasa. Satu musuh kebanyakan, seribu kawan kurang. Jadi, kalau kita semakin banyak kawan berarti membuka lapangan pekerjaan. Lebih memungkinkan dari pada teman sedikit, menyempit lapangan pekerjaan. Akhirnya mengakar kan, saya tambah kawan, informasi tambah banyak.

Saya bergaul sama orang, memperkenalkan diri. Tak kenal maka tak sayang kan?
Pengejaan bahasa Inggris Anda kacau. Tapi, Anda selalu melakukannya. Misalnya, menyebut fish to fish untuk mengatakan


face to face. Kesalahan itu belakangan terus berulang, apa disengaja?
Sengaja. Saya kan kalau menyebut bahasa Inggris kadang-kadang belepotan. `'Udah, sekalian aja itu Mas. Itu malah jadi ciri khas.''

Anda masih sering makan di Blok S, seperti sebelum terkenal dulu?
Ya, warung-warung yang selalu saya utangi suka saya datangi. Sering jajan di situ. Kok masih mau? Ya, mau, memang kenapa. Sama saja. Wong gulanya orang miskin juga manis, garamnya orang kaya ya asam.

Kabarnya masih ada utang Anda di warung-warung makan Blok S?
Dulu. Sekarang sudah lunas semua. Malah ada yang pernah lupa, ''Mas Thukul, maaf kurang Rp 30 (ribu) yang dulu.'' Ya, terima kasih Bu di-ingatin. Wah, orangnya baik.

Apa benar Anda tidak bisa mengoperasikan laptop? Tidak bisa. Saya, laptop nggak paham, komputer nggak paham. HP aja tidak semuanya. Makanya, kalau (komputer) mati, saya mesti manggil Tia, dia kan operatornya. Tapi, kalau saya belajar, mungkin bisa melebihi orang-orang itu, malah ha ha.

Bagaimana jika ada tamu yang jahil, mematikan laptop?
Saya panggil aja tim kreatifnya, `'Tolong betulin.''

Kalau laptopnya diambil atau ditutup?
Ya, bingung. Saya bilang, kamu itu bikin bingung saya aja. Sekarang pertanyaan bikinan saya sendiri. Tak cari pertanyaan yang mudah-mudah aja ha ha ha. (Sebagai cadangan, kini Tukul juga dibekali PDA (persoal data assistant).

Sering pulang ke Semarang, bagaimana komentar di kampung?
Wah, terpukau. Luar biasa. Kayak-nya, tidak mungkin.

Tukul apa?
Wong dulu itu di sini sopir angkot.

Memang Anda pernah sopir angkot?
Loh, saya sopir angkot dulu, kernet angkot di Semarang. Sebelum SMA juga saya ngernet. Keluarga blok minus saya.

Kondisi itu yang membuat Anda tidak bisa sekolah tinggi?
Dulu, iya, pengin. Cita-cita saya dulu pengen jadi insinyur. Pengin kuliah tapi keadaan tidak mampu, ya sudah. Tapi tidak apa-apalah, walaupun tidak sampai S-1, S-2, tapi honor saya bisa melebihi S-2, S-3 sekarang, alhamdulillah.

Anda dulu sering naik motor. Sekarang?
Masih sering. Kadang-kadang bawa sendiri, kadang-kadang dibonceng. Ya, tergantung hati saya. Pengin naik motor, naik motor. Pengin naik mobil, naik mobil. Pengen naik Harley, naik Harley. Tinggal kepengin saya. Pengin santai, santai. Tidak harus kayak eksekutif, tidak harus selalu glamour. Saya tidak suka keglamouran, saya tidak suka ke dunia malam, saya tidak suka dunia karaoke atau apalah.

Merokok?
Merokok jarang, minum nggak. Dunia yang itu, saya nggak. Saya pengin-nya di rumah, santai, ngobrol. Itu senang.

Kalau sekarang Anda ketemu orang di jalan bagaimana?
`'Mas Tukul, apa kabar? Mas Tukul Empat Mata. Kembali ke laptop. Foto dong mas Tukul?'' `'Mas Tukul wong ndeso (orang desa).''

Tidak keberatan disebut wong ndeso?
Tidak masalah. Tapi, berpikirnya kan tidak daerah. Berpikirnya, milenia, wuah. Saya orangnya fighting spirit, saya positive thinking, dan saya tidak pernah merendahkan orang, mengecilkan orang. Saya selalu membesarkan (hati) orang lain, menghormati orang lain. Kesombongan itu akan menjadi bumerang bagi diri sendiri, akan memakan dirimu sendiri. Tidak boleh.

Tukul Diledek di Televisi, Anaknya Pernah Tersinggung

Butuh waktu 12 tahun agar Tukul diakui di panggung hiburan. Memerlukan perjuangan yang gigih. ''Walaupun kita bilang mampu, tetap susah untuk masuk ke atmosfir situ. Memang benar-benar susah,'' ujar Tukul.

Anak ketiga dari empat bersaudara --yang menurutnya tak ada yang kaya itumengaku sering ditolak, diremehkan, dianggap sebelah mata. ''Dianggap tidak bisa ngomong, vakum, statis, tak terima aja,'' ujar Tukul yang mengaku mendapat istri yang mengerti keadaan dirinya saat itu yang susah.

Tukul tak merasa sakit hati ketika mendapat perlakuan seperti itu. Ia menerimanya dengan ikhlas, karena ia memahami jika ikhlas, balasannya akan besar, derajat dirinya akan dinaikkan. Sedangkan orang yang meremehkannya, menurut keyakinannya, justru akan menjadi orang kecil. ''Karena dia sudah memantulkan energinya itu,'' ujar dia.

Ejekan yang sering ia terima justru menjadi bekal Tukul. Ia menjadi pintar berkelit. Saat tampil di panggung, ia juga sering diejek lawan-lawan mainnya, sebagai bahan canda. Bahkan, surat-surat kiriman dari pemirsa Empat Mata pun sering menyelipkan ejekan buat dirinya, dalam bahasa canda. Saat ejekan memuncak itulah, keluar kalimat pamungkas Tukul, ''Puas-puas.'' Lantas tersenyum dan bertepuk tangan ala tepuk tangan monyet.

Tukul ikhlas, tapi tidak dengan anaknya, yang kini berusia 8 tahun, Novita Eka Afriana. . Melihat ayahnya sering diledek saat tampil di televisi, menurut Tukul, Novita yang kini siswa SD Muhammadiyah, Gandaria, Jakarta Selatan, itu tak terima. Ia memprotesnya. ''Di rumah, TV-nya ditunjuk-tunjuk, 'Ini apa, apa ini'.'' ujar Tukul.

Ternyata, Novita tersinggung. ''Tapi, tak bimbing. Kalau ayah nggak di TV, nggak berani, ayah marah. Jadi tidak apa-apa. Akhirnya sekarang memahami,'' ujar dia. Kini, Tukul mengaku telah meraih sukses. ''Punya nama, sudah dikenal. Rumah, sudah. Anak istri senang, sudah. Saya juga bersyukur kepada Allah SWT. Saya sekarang, wah, tinggal memberikan ilmu kepada semua orang kalau pengen belajar,'' tutur dia.

Memberikan ilmu kepada orang lain, itu adalah bagian prinsip hidup Tukul. memberikan ilmu, ia yakini justru akan membukakan rezeki. ''Kalau kamu memudahkan pintu rejeki orang lain, maka pintu rejeki-mu juga akan dimudahkan,'' ujar dia. Maka, di rumahnya, ia mengumpulkan orang-orang yang ingin berhasil. ''Anak-anak muda yang kepengin jadi orang sukses, anak-anak yang pengin jadi artis, tak bimbing,'' ujar pria beristrikan Susiana, asal Padang itu.

Di rumahnya itulah, ia bercanda dan tukar pengalaman dengan anak-anak muda itu. Mereka berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Ambarawa, Solo, Semarang. ''Mereka datang, pengin belajar, pengin seperti saya. Tak kasih pandangan-pandangan. Jadi artis itu tidak mudah, jadi orang sukses itu tidak gampang. Perlu ketekunan, perlu pembelajaran yang butuh waktu, tidak seperti membalik telapak tangan atau kayak tukang sulap. Ke Jakarta dua bulan kaya, pulang bawa mobil pamer ke tetangga. Tidak mungkin. Harus makan waktu. Kalau kamu tidak bertahan, istilahnya, tidak akan jadi,'' tutur dia.

Tukul Arwana - Biang Katrok and Ndeso


Tukul Arwana adalah pelawak dari Perbalan Semarang. Pada waktu muda, Tukul sering tampil melucu di panggung tujuh-belas agustusan, dan Tukul pernah mencari nafkah sebagai sopir omprengan di Semarang. Tukul hijrah ke Jakarta atas ajakan temannya Joko Dewo.

Lontang-lantung di kontrakan di bilangan Blok S Jakarta Selatan Tukul banyak dibantu Joko dewo untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan, Tukul menikah dengan gadis berdarah Padang bernama Susi dan mempunyai anak semata wayang, bernama Vita.

Setelah menikah Tukul dan keluarga tinggal di sebuah kontrakan di daerah Cipete Utara. Sampai akhirnya Tukul melamar kerja di Radio Humor SK dan bekerja di sana bersama rekan pelawak yang lain seperti Bagito, Patrio, Ulfa dan lain-lain.

Nasib mujur Tukul semakin mengental ketika diajak main Lenong Rumpi oleh Ramon Tommybens. Dan titik balik karir Tukul mencuat ketika menjadi pendamping Joshua di video klip Air dengan icon diobok-obok-nya.

Nama Tukul Arwana semakin melambung ketika TPI mempercayakannya Tukul menjadi Host acara musik “Aduhai” dan Acara “Dangdut Ria” di Indosiar. Dan namanya kian melesat sekarang ini ketika TV 7 Mempercayakan menjadi Host Talks show “Empat Mata”.

Jika dulu Tukul tinggal di kontrakan, sekarang Tukul sudah memiliki 3 rumah kontrakan dan 2 rumah besar di Cipete Utara. Di rumahnya Tukul mengumpulkan teman-teman seniman pelawak dari daerah dan membuat markas kecil ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan. Markas kreatif ini dinamakan Posko Ojo Lali.